Sudahkah Aku Terjaga …

Bagaikan sebuah tamparan keras. Ketika seorang teman pernah mengingatkanku untuk lebih berhati-hati dan mengurangi pulang malam. Aku selalu beralasan, insya Allah aku bisa menjaga diri dan dengan tertutup seperti ini semoga aku lebih terjaga.

Namun ia menyampaikan hal lain, ya hal lain yang mungkin selama ini membuat orangtuaku khawatir dan memintaku untuk hanya kuliah saja dan berhenti ber-organisasi.

“Justru dengan tertutupnya dirimu, itu lebih membuat orang yang berpenyakit lebih penasaran dan tertarik.”

Plak !! itulah rasanya ketika temanku mengingatkanku saat aku masih tingkat pertama kuliah.

Dan hari ini, ya aku mulai menyadari. Selama ini mungkin caraku belum benar. Aku masih menantang ‘bahaya’ dengan statusku sebagai seorang perempuan. Mahluk yang bagaimanapun ditutupi tetap akan syetan perindah dihadapan lelaki yang tak bisa menahan pandangannya.

Sudahkah aku terjaga?

Itulah pertanyaan yang kerap kali muncul dalam benakku, ketika aku merasa ketakutan karena pulang terlalu malam.

Ketika menghadiri majelis-majelis ilmu seorang diri hingga malam menjelang dan karena jarak menjadikan tiba jauh lebih malam.

Ketika berniat ikut andil dalam jalan dakwah, namun lagi-lagi jarak menjadikan seorang perempuan yang kerap pulang malam.

Ketika ingin belajar banyak hal, lagi-lagi juga hal jarak membuat dikenal dengan perempuan yang masih berkeliaran ketika malam menjelang.

Seorang diri, tanpa mahram, rentan dengan fitnah.


Sudahkah aku terjaga?

Ketika niat bermalam untuk membina iman dan taqwa, namun di sana malah jadi celah adanya pertemuan dengan laki-laki.

Ketika pelantikan berberapa organisasi hingga bermalam menjadi celah syetan melancarkan aksi.

Ketika berbagai kondisi yang sering membuatku lupa bahwa koordinasi bukan alasan menyibak hijab dengan lelaki.

Ketika alasan ukhuwah menjadikanku lupa bahwa safar tanpa mahram itu bukan perbuatan yang pantas bagi seorang perempuan.

bahkan itu melanggar apa yang telah menjadi aturan.

Tertawa, makan, rihlah , bercampur baur dengan lelaki.

Sudahkah aku terjaga?

Lebih tepatnya……

Sudahkah aku menjaga ?

Atau malah semakin menantang bahaya dan terlupa bahwa seorang perempuan harus benar-benar menjaga diri.

Apa aku mulai lupa dengan posisiku sebagai seorang perempuan yang bisa menjadi sumber fitnah?

Jika seperti ini, rasanya benar-benar ingin tinggal di rumah orangtua lagi

Karena sebaik-baiknya perempuan adalah di rumahnya

menjadi permata yang benar-benar terjaga….

Sumber : WhatsApp Broadcast

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *