Kenapa Harus Kurus & How To

Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan.


I wish berat badan juga bisa menggunakan quote tersebut, “Menjadi berisi itu pasti, menjadi ideal itu pilihan.” Apa daya, fakta pahitnya adalah menjadi kurus belum pasti, menjadi berisi adalah sebuah kepastian. Quote ini tidak berlaku untuk semua orang, karena setiap orang dianugerahi bentuk tubuh dan metabolisme yang berbeda-beda. Khusus untuk saya, makan nasi sehari tiga kali dan tanpa olahraga sama sekali sudah dapat dipastikan akan meningkatkan berat badan sekitar 2-3 kilogram dalam seminggu. Jika di tengok mundur sekitar 2 atau 3 tahun kebelakang, saya tidak banyak melakukan aktivitas fisik seperti olahraga rutin, hanya aktivitas bekerja di belakang layar, sedikit pekerjaan rumah tangga, dan olahraga jempol untuk sekedar scrolling timeline di media sosial. This kind of lifestyle biasa di sebut dengan istilah Sedentary Lifestyle atau Pola Hidup Sedentari. Sebuah pola hidup yang tidak banyak melakukan aktifitas fisik atau tidak banyak melakukan gerakan. Istilah ini makin populer ketika dikaitkan dengan masalah kesehatan. Hal ini disebabkan pola hidup sedentari dianggap sebagai faktor resiko terhadap berbagai masalah kesehatan populer seperti penyakit jantung dan stroke. Pola hidup sedentari juga merupakan faktor resiko terhadap berbagai masalah kelainan metabolisme, seperti: kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, resistensi insulin, obesitas, dan lain sebagainya.

Nah bicara obesitas, terakhir kali saya menghitung BMI (Body Mass Index) bisa di coba melalui link ini, saya berada di kisaran Overweight. Dampak dari overweight yang mulai saya rasakan, seperti mudah lelah, mudah sakit semacam flu, batuk, pilek dan kawan-kawannya. Tidak sanggup berjalan jauh ataupun beraktivitas banyak. Namun hal ini berbanding terbalik dengan hobi makan saya yang semakin tidak terkontrol dan segala macam makanan yang saya lahap tanpa berpikir dua kali apakah makanan tersebut bermanfaat dan dibutuhkan oleh tubuh saya.

Hingga tibalah suatu titik, dimana orang tua saya mendadak bertanya, “Mbak kok makin chubby.” Teman saya juga mengiyakan dengan memberikan kode sebaiknya saya tidak ‘melebar’ lagi dan puncaknya ketika saya tidak dapat menikmati hobi jalan-jalan, trekking, susur sungai, naik turun bukit karena napas lebih cepat habis. Waktu banyak terbuang karena lebih banyak istirahat di banding menuju destinasi wisata dan kemudian menikmatinya. Dari sekian banyak alasan yang telah terkumpul, semakin memantapkan hati dan niat untuk mengurangi berat badan saya atau bahasa kerennya ‘Diet’. Padahal pengertian menurut para ahli, bukanlah seperti itu. Menurut Mangoenprasodjo, 2005, diet yang baik adalah diet yang menekankan pada perubahan dalam jenis makanan, jumlah dan seberapa sering seseorang makan dan ditambah dengan program. Menurut Budiyanto, 2001, agar tujuan diet dapat tercapai dalam diet jumlah asupan dan frekuensi makan juga harus dikendalikan. Sedangkan menurut Luxboy, diet normal atau diet yang seimbang terdiri dari semua elemen makanan yang diperlukan agar tubuh tetap sehat.

Sementara menurut Hartono, 2000, pengertian diet adalah pengaturan jenis dan jumlah makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan serta status nutrisi dan membantu menyembuhkan penyakit. Setiap diet termasuk makanan, tetapi tidak semua makanan masuk dalam kategori diet. Dalam diet jenis dan banyaknya makanan ditentukan dan dikendalikan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam upaya mengatur asupan nutrisi diet dibagi menjadi tiga, yaitu: menurunkan berat badan, meningkatkan berat badan dan pantangan. Pantangan terhadap makanan tertentu misalnya bagi penderita diabetes (rendah karbohidrat dan gula).

Continue reading