Resolusi 2015

I know it’s a bit late buat nulis resolusi 2015, secara 2015 uda mau berakhir dan saya masih memiliki beberapa resolusi yang belum tercapai. Dari sekian banyak resolusi 2015 yang saya miliki, ada top three yang akan saya tulis demi memancing semangat saya dalam menulis serta menggapainya hehe..

“Know that Allah has perfect timing for everything. Never early and never late. But it takes a little patience and a lot of faith.”

Punya SIM A
Di tahun 2015 ini, usia saya akan menginjak seperempat abad. Demi melengkapi koleksi kartu di dompet selain KTP, SIM C, member card buat ngejar diskonan (*lahh luber :p) saat pulang ke Surabaya bulan lalu, saya mampir ke Satpas Kolombo untuk membuat SIM A.

Berdasarkan info tertulis terdapat 3 (tiga) tes utama, yaitu: tes kesehatan, tes tulis dan ujian praktek. Dua tes awal tentu saja dapat terlewati dengan mudah (alhamdulillah pernah ada training tentang safety driving dari kantor). Ujian terakhir yang membuat berkas pendaftaran SIM saya tertahan disana hingga hari ini. Mungkin secara teori saya sudah cukup memahami, tapi ketika di lapangan dan dihadapkan dengan mobil ujian praktek mereka yang super gede (Suzuki APV), saya yang kurus kecil ini langsung jiper (*alesan :p). Teori yang sudah saya pelajari dan cukup paham adalah bagaimana cara memulai berkendara. Saya paham mengenai penggunaan seatbelt, menyalakan mesin, mengganti kopling namun yang belum dipelajari adalah cara mengendarai mobil. Bagaimana menjalankan mobil dari posisi diam untuk maju ke depan atau mundur ke belakang. Pegawai satpas yang menemani saya duduk di samping kiri saya duduk dengan tatapan mengintimidasi seolah saya tidak bisa mengendarai mobil *ya emang belom bisa sik :(. Pada saat mobil sudah dalam kondisi menyala, saya diminta untuk menjalankannya. Posisi tangan saya sudah siap di jam 3 dan 9, tapi karena kaki kurang koordinasi (*malah nyalahin kaki –“) sehingga pada saat merubah dari netral ke gigi 1, saya mengangkat kaki kiri terlalu cepat. And voilà….. Mesin mati.
Dengan sigap dan tampang menang, bapak petugas tersebut bilang ke petugas lainnya di pos, “Dia ga bisa, Pak. Udah ga usah.” Beugh, berasa menang doi, setelah berkata seperti itu beliau menyalami saya sembari meminta maaf dan saya bergegas turun sambil ngebatin kok ga ada kesempatan kedua sik, kan saya bisa kasih penjelasan kalau ini sebenernya cuman salah paham aja (*ehh drama :p).
I know it’s not that easy to drive a car. Ada beban dan tanggung jawab moral lebih yang nantinya diemban sebagai seorang pengemudi. Jadi begitu balik ke Jakarta tekad saya semakin bulat untuk mengambil kursus menyetir mobil sesegera mungkin. Memiliki SIM A ini menjadi top three di resolusi tahun ini karena hobi jalan-jalan saya. Jadi nantinya setiap pulang ke Surabaya, saya dapat menggantikan ayah saya sebagai cadangan. Pun ketika berada di Jakarta ataupun kota-kota lainnya, ketika sedang berlibur bersama teman-teman, I have that skill guys, you can count on me 😉

Visit Sumatera 2015
To be honest, saya sudah pernah menginjakkan kaki di tanah Sumatera. Pada saat melakukan penyebrangan Jawa-Sumatera (Merak-Bakauheni) di penghujung 2014 dengan tujuan wisata Pulau Pahawang (area Lampung dan sekitarnya). Bulan depan pun sebenarnya ada rencana untuk kembali ke Lampung dengan tujuan wisata Teluk Kiluan bersama teman-teman kantor. Yang saya maksud dengan #visitSumatera2015 adalah mengunjungi sisi lain Pulau Sumatera yang lebih jauh. Pada saat mengunjungi sebuah website favorit tentang trip keliling Indonesia, saya semakin yakin untuk mengunjungi provinsi lain pulau tersebut. Apalagi pada saat blog walking, ada yang membagikan itinerary trip ke Belitung. Fix, Belitung masuk hitungan must visit place! Entah Belitung, entah Aceh, Medan, Padang atau Palembang yang jelas satu dari mereka akan saya kunjungi di tahun ini (insya Allah). Oh iya satu lagi, Batam, yang juga masuk hitungan, walaupun belum masuk list teratas untuk #visitSumatera2015 dan belum ada alasan untuk mengunjunginya hehe..

SIM Approved !
Kalau SIM yang pertama dibahas adalah Surat Ijin Mengemudi yang ini Surat Ijin Menikah hehe.. Mungkin saya terkena sindrom seperempat abad sama seperti yang lain. Menjelang usia ini, mulai muncul banyak pertanyaan-pertanyaan klasik yang mengarah ‘kesana’. Mulai dari teman, saudara, bahkan eyang uti pun nanyain hal itu haha untung jago ngeles, jadi pas momen lebaran kemarin saya merasa masih aman hehe.. Being married, there’ll be many changes happened and lots of responsibilities given. Dengan beberapa kesempatan yang terlewat kemarin, saya belajar sesuatu bahwa sesuatu yang baik sebaiknya dipersiapkan dengan baik pula dengan tanpa melupakanNya. Karena sebagai hambaNya, apalah saya tanpaNya. Satu hal yang saya yakini terkait ini, “Know that Allah has perfect timing for everything. Never early and never late. But it takes a little patience and a lot of faith.” Yang jika saya coba artikan, saya tahu dan paham bahwa Allah merencanakan waktu yang tepat untuk segalanya. Tidak terlalu cepat ataupun terlambat. Namun hal tersebut memerlukan sedikit kesabaran dan keyakinan yang besar.
Tadinya sempat terpikir bahwa perubahan status akan menjadi kado ulang tahun terindah tahun ini. Tapi sepertinya saya kurang bersyukur, saya melihat dengan sudut pandang yang sempit. Padahal nikmatNya yang indah masih banyak dan selalu meliputi saya kapanpun dimanapun tanpa henti, termasuk nikmat memiliki keluarga, saudara dan teman-teman yang luar biasa. Belum lagi nikmat-nikmat lainnya yang tidak dapat saya sebutkan saking banyaknya. Mungkin saya yang terlalu banyak meminta, terlalu banyak komplain, terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang belum terjadi, overthinking to anything sehingga lupa bersyukur. Padahal di Al Quran surat Ibrahim (14) ayat 7, Sudah jelas tertulis, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” Mungkin saya khilaf, lupa dan terlalu menuntutNya sehingga selalu merasa kurang, merasa sempit. Mungkin juga karena kurang ikhlas dan kurang menerima, padahal salah satu sifat hamba yang dicintaiNya adalah qonaah. Bisa jadi apa-apa yang saya minta tidak sebanding dengan ibadah serta usaha yang saya lakukan 🙂

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”

Yap, tiga hal diatas adalah top three resolusi saya di tahun ini. Masih ada 4 bulan untuk mempersiapkan dan mencapainya. Ya kalaupun ga di tahun ini, saya akan tetap berusaha di tahun berikutnya (*fighting (•̀_•́)ง ). Terimakasih sudah membaca, mari saling mendoakan agar resolusi-resolusi yang kita inginkan dapat terpenuhi di tahun 2015. Saya teringat perkataan seorang teman bahwa paling tidak dalam setahun kita harus merencanakan dan mempersiapkan apa saja yang akan dicapai selama setahun itu. Sebenarnya pencapaian-pencapaian tersebut tidak akan berarti apa-apa tanpa proses. Yang membuat pencapaian tersebut semakin berharga, bernilai dan istimewa adalah proses yang terjadi didalamnya. Ada suka, duka, tangis, tawa, kesulitan, kemudahan yang tidak akan pernah terlepas dari sebuah proses. Di sisa kuartal terakhir ini, mari bersama memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan kemerdekaan diri sendiri (*ehh ga nyambung…). Di sisa kuartal 2015 ini, mari kita tinjau ulang apa saja yang telah kita capai serta apa-apa yang belum. Untuk hal-hal yang telah dicapai, mari berucap syukur karena tanpa bantuan-Nya kurasa kita sebagai manusia tidak akan semudah itu mencapainya. Untuk resolusi yang belum tercapai, mari tetap berusaha untuk memperjuangkan ia, meski dalam doa (*ehh duh nyerempet kesana :p). Untuk resolusi yang belum tercapai, mari tetap berusaha untuk memenuhi target-target yang ingin dicapai. Dan tetap berdoa, meminta padaNya agar selalu diberi kemudahan dan mendapat ridhoNya.

Jakarta, 17 Agustus 2015.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *