Perjalanan Rasa

Ini adalah kisah gue, Tyo, seorang cowok ganteng yang sebenernya sudah menjatuhkan pilihan teman hidup pada seorang wanita bernama Nesa tapi sampai saat ini belum bisa merubah statusnya di KTP.

Enak aja! Ini cerita tentang aku, Nesa, seorang perempuan yang masih sibuk mengurus dirinya sendiri, sibuk membandingkan si A, si B, si C hingga saat ini masih belum menentukan pilihan. Cewek paling ribet, paling kompleks dalam menentukan pilihan. Perlu analisa panjang, pertimbangan dari segala aspek, puasa senin kamis, sampai mandi kembang 7 rupa demi menentukan sebuah jawaban. Yang terakhir lebay ding hahaa..

“Sa, biar gue nyelesein kisah gue duluan. Ntar lu pake judul yang lain deh.”

“GA! Aku juga mau cerita. Lagian cowok ngalah dikit napa ama cewek.”

“Oke, biar adil kita gantian. Gimana?”

“Okayy… Dimulai dari aku dulu yaaa…”

“Tapi Sa, wait…”

—–
#Nesa

Halo semua, aku Nesa. Di kisah ini aku ga akan ceritain siapa Tyo, biar dia cerita tentang dirinya sendiri nanti. Palingan cuman bahas gimana si Tyo itu (lah, apa bedanya cuy..), apa hubungan dia sama aku, bagaimana kami bisa saling kenal dan seperti apa hubungan kami saat ini. Kalau diperkenalan awal dia kepedean ngaku-ngaku ganteng, honestly, doi emang ganteng. Tapi kan cowok ganteng itu makin keren kalau dia ga merasa ganteng dan stay cool yak. Ini karena dia pedenya teramat sangat jadi agak gimanaa gitu…

Tyo yang kukenal selama 3 tahun terakhir, makin kesini dia makin banyak berubah. Mungkin karena dulu ga kenal-kenal amat kali ya. Terakhir ketemu dia sekitar 2-3 bulan yang lalu. Sosoknya berubah dari yang awalnya kukenal sangat kaku, ternyata ramah juga. Yang paling ga nyangka, dia ternyata bisa bercanda! Ya walaupun level candaannya masih beginner, tapi ya “nice try lah ya“. Pertemuan kami kemarin seperti bentuk akumulasi rindu setelah setahun tak bertemu. Kukira perasaanku kepadanya sudah benar-benar hilang, karena ia tiba-tiba menghilang setelah kami sebegitu dekatnya. Dulu.

H-1 sebelum bertemu dengannya, mendadak banyak kupu-kupu yang menari-nari di perut, entah di bagian lambung atau ginjal. Serta senyum yang mengembang benar-benar tak lepas dariku. Padahal jadi atau tidaknya pertemuan kami pun masih belum pasti, karena agenda Tyo sangatlah padat saat berada di kota tempatku berada. Tapi alih-alih melupakan yang tidak pasti, rasa deg-degan menyambut kedatangannya benar-benar tak bisa terlepas meski sedetik. Ah aku tak sabar untuk segera bertemu dengannya di akhir pekan ini.

“Sa, sabtu malam, gue kayanya bisa nih. Urusan udah pada kelar.”

“Oke, di Mall ini aja ya, sekalian mau liat-liat travel fair sama temen yang mau liat paket liburan.”

“Oke ketemu disana ya.”

—–

Sore itu sebelum perjumpaan kami, aku bertemu dengan teman-teman kampus yang juga hunting tiket liburan dengan diskon gila-gilaan di sebuah Mall di kota Surabaya. Sebelum ikut berburu, aku ditemani beberapa teman untuk mengisi amunisi (baca: makan) di sebuah resto. Menu nasi goreng yang tadi ku pesan ternyata cukup untuk 4 orang, beruntung di depanku duduk tampan (klo temannya cewek, jadinya duduk cantik :p) seorang teman bernama Andi yang bersedia menemani menghabiskan porsi tersebut, meski pada akhirnya kami menyerah dan nasi goreng tersebut kami bungkus. Detik-detik menjelang pertemuanku dengan Tyo semakin dekat dan aku semakin gelisah karena tidak tau apa yang nanti harus diobrolkan, apakah outfit yang ku pakai hari ini cocok untuk bertemu dengannya, dandanan hari ini norak atau ga pas ketemu dia. Duh!

Ketika kepanikan melanda, mendadak aku terbayang beberapa tahun lalu bagaimana awal perjumpaan kami di Ibukota. Sungguh sosok yang aku tunggu kedatangannya malam ini, jika ditarik mundur ke beberapa tahun yang lalu, benar-benar sosok yang tidak ingin ku temui lagi di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *