Rasa Ingin Tahu

Banyak orang menggunakan berbagai macam perasaan, emosi ataupun energi dalam tubuhnya untuk menjalani hidupnya. Terlepas perasaan positif ataupun negatif. Beberapa orang menggunakan energi negatif seperti iri/ envious/ jealousy sebagai motivasi hidup mereka.

“Aku harus menjadi seperti dia, aku harus bisa mengalahkan dia, aku harus lebih baik dari dia.”

Adalah banyak contoh dari motivasi yang menggunakan energi negatif. Aku yakin semesta pun akan mengabulkan hal tersebut asalkan orang tersebut bersungguh-sungguh dengan niat dan tujuan itu. Namun, makna hidup secara berkesadaran kurasa orang itu akan sulit merasakannya.

Aku memilih menggerakkan seluruh energi dan potensi yang ada di dalam diriku berdasarkan rasa ingin tahu. Rasa penasaran untuk hal-hal yang belum pernah aku lakukan dan belum pernah aku coba. Jika kuingat ternyata aku sudah memulai ini semenjak dini. Mengutamakan rasa ingin tahu tanpa mengukur kemampuan.

Sudah banyak kali aku melakukan sesuatu atas dasar Ingin Tahu. Ingin tahu akan hal baru yang sebelumnya tidak aku ketahui. Ingin tahu bagaimana rasanya memegang api yang ada di ujung lilin, rasa ujung api yang ada di obat nyamuk bakar, rasa sabun mandi batang yang super wangi itu, serta merasakan perasaan baru dari sensasi meloncat di ketinggian 8 meter menuju sungai.

Aku yang dulu, seru. Antara seru atau tidak mengenal takut. Tidak tahu apa itu bahaya. Tidak tahu resiko. Yang ada hanya perasaan ingin tahu. Tanpa tahu apa yang ingin diketahui.

Di usia sekarang, mengulangi rasa ingin tahu tanpa mengukur resiko dan konsekuensi adalah bukan aku. Aku yang sekarang memperhitungkan langkah dengan detail. Menuliskan segala rencana, menimbang segala pilihan dan resiko yang terjadi hingga kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Terlalu banyak pertimbangan ternyata tidak membuatku bebas bergerak.

Aku tidak bergerak kemana-mana.

Terlalu banyak pertimbangan membuatku melewatkan banyak kesempatan. Salah satunya melewatkan lompat di tebing sebuah pantai di ujung selatan Pulau Sulawesi. Padahal di laut dengan air bening tersebut nampak bintang laut berwarna-warni, bulu babi, dan ikan-ikan cantik yang menantiku di bawah.

Aku melewatkan milestone-ku untuk melakukan lompatan dalam hidup dengan berbagai keseruannya. Aku mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya. Jika aku lompat, aku akan selamat karena jatuh di air. Berkesempatan berenang langsung dengan ikan-ikan cantik beraneka warna dan ikan pari anakan. Tapi, jika tidak, aku harus kembali melewati tebing berbatu keras dan cukup menyakitkan di kakiku yang berjalan tanpa alas.

“Ah, gapapa sesekali aku perlu melewatkan keseruan dalam hidup karena nyaliku belum sebesar itu,” ucapku dalam hati untuk membenarkan tindakanku karena tidak melakukan loncatan itu.

Begitupun dalam kondisi kehidupan personal dan profesional. Terkadang, mempertimbangkan segala sesuatu hal dengan matang seringkali membatasi diri sendiri. Padahal, jika kita berhitung atas resiko ataupun konsekuensi dari pilihan yang kita ambil, terkadang hasil yang terjadi tidak sesuai dengan perhitungan kita.

Semoga rasa ingin tahu tetap akan menjadi bahan bakar dalam menjalani hidup dengan baik namun dengan tetap berada di koridor yang pas dan tidak berlebihan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *