Tips Mengatasi Cemburu

Pernah ga sih ngerasa orang lain kok mudah banget hidupnya?

Kok sepertinya hidupnya ga pernah bermasalah. Selalu diberikan kemudahan oleh Tuhan-Nya. Rezekinya berlimpah, keluarganya harmonis, lingkungannya baik, tidak pernah berkekurangan.
Rumahnya indah, pekarangannya luas, rumputnya hijau, taman bunganya bermekaran warna-warni. Isi rumahnya tertata rapi dan lengkap sesuai kebutuhan penghuninya. Anak keturunannya patuh, penurut, membanggakan kedua orang tuanya. Bahkan membanggakan lingkungan tempat tinggalnya.
Mereka dilahirkan dari keturunan yang baik. Tidak pernah kekurangan satu pun. Pasangan mereka baik, lulusan luar negeri, liburannya pun minimal ke negeri tetangga. Pekerjaannya mentereng di Ibukota, gajinya jangan di tanya mampu untuk mencukupi warga sekampung selama setahun. Belum lagi bisnis sampingannya, omsetnya ga pernah turun!

Ah manusia..

Kalau saja aku ditawarkan bertukar nyawa sejenak untuk menjalani kehidupannya, sepertinya akan ku tolak dengan baik-baik. Aku paham kapasitasku. Aku paham kemampuanku. Aku menyadari bahwa apa-apa yang kumiliki, kualami dan kujalani adalah yang terbaik bagiku.

Aku sadar jika pun Tuhan menakdirkanku untuk menjalani kehidupan orang lain yang menurutku ‘lebih baik’ dari hidupku, mungkin aku tidak akan sanggup.

Tuhan Maha Adil. Segala kenikmatan kemudahan dalam hidup itu, Ia berikan satu paket lengkap dengan ujiannya. Jika kamu lolos melewatinya, berbagai macam paket kehidupan, Tuhan akan selalu menjagamu.

Selama engkau masih mengingatnya.

This Site is Temporary Down

It’s quite devastating moments when I realized that my blog was error. Either suspend or technical issue error due to failed plugin update. Then, I tried to reach the hosting service to help me login to cpanel, ftp, all those things need to be fix. Then, I did the work by myself using their guideline and taadaa… here it is.. she’s back!!
My writing partner is back online.

Meninggalkan Rumah

Salah satu jenis perasaan yang paling tidak aku sukai adalah perasaan saat akan meninggalkan rumah. Bagaimana persiapan menata hati meninggalkan kenyamanan.
Meninggalkan rutinitas, meninggalkan ketenangan.
Rumah yang mengenaliku dan menemaniku 24/7.
Membersamaiku dari lelah hingga segar kembali.
Dari sehat sakit hingga kembali sehat bugar dan melakukan banyak aktivitas didalamnya.

Berat dan menyesakkan dada.
Terlalu banyak kekhawatiran yang muncul sebelum meninggalkannya.
Seperti akankah aku merasakan kenyamanan yang sama di luar sana.
Rasa aman seperti di dalam rumah.
Segala macam kebutuhan tersedia.
Segala keinginan sudah disiapkan ditempatnya masing-masing.

Bagaimana aku di luar sana nanti.
Apakah perasaanku akan sama seperti di rumah.
Apakah tempat baru itu akan menyelimutiku seperti rumahku saat ini.
Apakah segala kebutuhanku di tempat baru akan terpenuhi.
Apakah aku di anggap rumah juga di tempat baru itu.

Ku rasa benar kata orang bahwa menemukan rumah adalah tentang menemukan kecocokan jiwa.
Antara rumah dan isinya.
Rumah dan pemiliknya.
Antara menemukan ditemukan.
Antara kebutuhan dan kemampuan.
Antara aku dan kamu.

Rumah adalah kamu.
Rumah adalah aku.
Rumah adalah kita.
Rumah adalah dimana kamu menjadi diri sendiri.
Mampu menerima dirimu sendiri.
Mampu menerima orang lain.
Mampu merasakan bahagia dan menerima seluruh perasaan yang terjadi dalam hidup.

Jika rumah adalah titipan, semoga aku bisa dipercayakan oleh pemiliknya dengan baik.
Semoga jika nanti di minta kembali oleh pemilik maka rumah tersebut telah hidup sesuai peruntukannya. Terima kasih telah menjadi rumah terbaik.

Batik Masa Kini

Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa jawa “ambhatik” dari kata “amba” berarti lebar, luas, kain; “titik” berarti titik atau “matik” (kata kerja dalam bahasa jawa membuat titik) dan kemudian berkembang menjadi istilah batik, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar.

Batik sangat identik dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggbaran motif hingga pelodoran. Salah satu ciri khas batik adalah cara penggambaran motif pada kain yang menggunakan proses pemalamam, yaitu menggoreskan malam (lilin) yang ditempatkan pada wadah yang benama canting dan cap
Source- wikipedia

Beberapa minggu yang lalu, saya diberi kesempatan untuk membuat batik tulis seukuran sapu tangan. Kain yang sudah digambar motif dengan pensil kemudian diberikan malam (lilin) pada pinggiran polanya. Setelah selesai, masih harus diberikan warna.

Dan proses tersebut masih belum selesai. Masih banyak proses yang harus dilalui hingga kain batik tersebut dapat digunakan.

Semenjak itu, saya semakin menghargai bahwa dibalik baju batik yang saya pakai, terdapat proses yang cukup panjang dan melelahkan.

Mari kita menghargai pedagang kain batik, khususnya batik tulis, dengan tidak menawar dengan harga yang terlalu murah.

Berkata Baik atau Tetap Berkata Baik

Law of attraction belakangan ini cukup menarik minat saya untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam. Dalam berbagai aspek kehidupan saya pribadi, sebenarnya cukup banyak pengalaman law of attraction yang saya alami. Sebagai contoh bagaimana kumpulan keinginan saya semasa sekolah dulu, ternyata mulai tercapai satu per satu. Apalagi keinginan-keinginan yang saya tuliskan secara spesifik, surprisingly terjadi sesuai bayangan saya dan tulisan saya itu.

Pengaplikasian law of attraction dalam perkataan juga tidak jauh berbeda. Saya berusaha untuk memperbaiki diri dengan tetap berkata baik atau jika tidak mampu mengeluarkan perkataan baik, saya tetap diam. Sehingga, pilihan saya tinggal berkata baik atau tetap mengusahakan berkata baik. Perkataan buruk yang saya keluarkan, terkadang menyebabkan perasaan tidak nyaman yang saya rasakan pada diri saya sendiri. Sehingga, daripada saya mengeluarkan kata-kata buruk, biasanya saya hanya mengamati, mendengar dan berusaha untuk memahami apa yang lawan bicara saya sedang katakan.

Menjadi baik dengan tetap berkata baik, cukup sulit ternyata. Saya yang dulu, merasa dengan mudahnya berkata-kata tanpa memikirkan efek samping yang dirasakan oleh lawan bicara. Dan saya tidak peduli mengapa mereka berlebihan dalam merasakan hal tersebut. Akhirnya jawaban mengenai sikap dan perasaan orang-orang di masa lalu saya, terjawab dari kehadiran orang-orang baru di sekitar saya saat ini.

Mereka sedih, mereka cemas, mereka khawatir.
Mengapa orang lain semudah itu berkata buruk tentang mereka?
Mengapa orang tidak menyaring perkataan sebelum bicara?
Mengapa sesama manusia tidak memanusiakan manusia?
Ternyata manusia adalah makhluk lemah, mudah sedih, mudah marah, mudah jengkel, sulit menahan emosi, sulit berpikir positif di situasi sulit.

Terkadang, saya bingung harus mulai dari mana untuk mengingatkan orang-orang yang masih belum bisa berkata baik. Karena lingkungan di sekitar mereka ataupun latar belakang pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi alasan di balik mereka berkata atau bersikap seperti itu.

Paling tidak, saya memulai dengan tulisan ini. Saya mulai dari diri saya sendiri, saya mulai dari para pembaca tulisan saya dan orang-orang di sekitar saya. Salam!