To Live is to Survive

Mengamati tren akhir-akhir ini yang bersliweran di sosial media, di lingkungan pekerjaan, pertemanan ataupun di tempat umum membuat saya ingin merangkum apa saja sih yang harus dipersiapkan untuk menjalani hidup dengan baik.

1. Survival

Kemampuan untuk bertahan hidup, kemampuan untuk mempertahankan diri di situasi sulit. Hidup adalah tentang bertahan. Bagaimana kita menjalani kehidupan dari pertemuan kedua orang tua kita, lahir ke dunia, hingga meninggalkan duni isinya adalah tentang bertahan. Tentang berjuang. Pada awalnya kita akan di tuntun, dilindungi, di bimbing dengan baik oleh kedua orang tua kita. Namun, saat kita telah dewasa, adalah tanggung jawab kita sendiri bagaimana untuk tetap bertahan di berbagai kondisi dan ujian-ujian kehidupan.

Kemampuan untuk memasak, mengatur rumah, membela diri dengan menguasai dasar-dasar bela diri menurut saya sudah harus disiapkan semenjak dini. Bahkan pada saat kita bayi saja sudah di latih untuk mencicipi berbagai jenis makanan dan minuman seiring dengan peningkatan usia.

2. Komunikasi

Ketika anda tidak dapat berkomunikasi dengan baik, saya yakin lawan bicara tidak akan langsung bisa menerima/ memahami isi pesan yang disampaikan. Komunikasi adalah sesuatu yang di latih, sesuatu yang tidak bisa didapatkan begitu saja. Kenapa komunikasi perlu dijadikan skill yang harus dimiliki? Bukannya kita sudah jago bicara, bawaan dari lahir.

Tidak semua orang terlahir untuk berkomunikasi dengan baik, jelas, terarah dan to the point. Banyak orang yang tidak melatih kemampuan bicaranya, sehingga arah pembicaraannya kemana-mana dan tidak jelas poin-poin yang ingin disampaikan.

3. Finansial

Jujur, saya juga sedang mempelajari mengenai ini. Bagaimana di masa depan agar keturunan saya tidak mengalami apa yang saya alami, apa yang saya rasakan akibat kurangnya kemampuan mengenai literasi finansial. Bagaimana dasar-dasar mengatur keuangan, mengatur pos-pos keuangan, membelanjakan uang dan menyimpan uang dengan baik sesuai resiko finansial yang kita sanggupi.

4. Food Literacy

Belakangan cukup sedih ketika mendengar di lingkungan sekitar, ada anak-anak yang kekurangan gizi. Bukan karena orang tuanya yang tidak mampu, mereka mampu membelikan makanan apapun untuk anaknya. Namun, mereka tidak mau improve mengenai literasi makanan. Bagaimana makanan yang bernutrisi dapat mengakibatkan optimalisasi terhadap tumbuh kembang anak. (Wow bahasa yang saya tulis serasa menuliskan karya ilmiah.)

Mereka melakukan pembiaran terhadap anak-anak mereka, yang penting anak makan dengan lahap di menu tertentu, maka orang tua cenderung memberikan makanan yang itu-itu saja. Termasuk, mereka tidak peduli dari mana sumber penghasilan mereka untuk membelanjakan makanan tersebut. Segala sesuatu yang halal dan baik ketika masuk ke tubuh anak dan mengalir dalam darah mereka, akan terlihat pada kualitas anak. Cara mereka bersikap, mereka berkomunikasi, menghargai orang lain dan banyak lainnya.

5. Legal

“Ngapain sih perlu belajar tentang legal? Hidup gue, cara gue.”

Hei, anda bukan satu-satunya orang yang tinggal di dunia ini. Memiliki kemampuan dasar mengenai aspek legal, setidaknya anda dapat memahami batasan-batasan apa yang boleh dan tidak boleh. Mana-mana saja yang di atur oleh hukum, negara bahkan agama.

Kalau tidak mau mempelajari semuanya, paling tidak pelajari pasal-pasal mengenai penjualan tanah/ bangunan, pencemaran nama baik, dan tenaga kerja. Pelajari dasar-dasar legal yang terkait dengan hidup anda. Sehingga, saat anda melakukan sesuatu, semuanya sudah dipikirkan dan disiapkan dengan baik.

6. Value/ Beliefs/ Agama

Menurut saya ini adalah basic skill yang terpenting, perlu di ingat bahwa keyakinan tiap orang berbeda, namun pasti memiliki kesamaan.

– Bahwa apa yang kamu lakukan akan kembali padamu
– Hargai orang lain
– Hidup tidak melulu tentangmu
– Berbagi agar merasakan yang lebih
– Tidak ada yang sia-sia, dan masih banyak lainnya.

Perdalami ilmu, nilai atau keyakinan sesuai kepercayaanmu masing-masing. Tidak perlu mengolok-olok atau menyalahkan nilai dan keyakinan orang lain. Yang baik bagimu belum tentu baik bagi orang lain.

Ingat, kualitas hidup kita tidak ditentukan oleh orang lain. Kita yang menentukan bagaimana kualitas hidup yang ingin kita capai. Mungkin untuk sebagian orang yang belum tau atau belum merasakan perlunya makan makanan sehat bernutrisi dan halal, mereka tidak akan peduli tentang itu. Karena untuk makan besok pagi saja, mereka tidak yakin apakah ada uang untuk belanja.

Bersyukurlah anda-anda yang terlahir dengan privilese, yang tidak merasakan susah atas hidup anda. Jika sebelumnya anda tidak terlahir dengan privilese, mari kita sama-sama berusaha mempersiapkan privilese untuk generasi penerus kita. Generasi yang memiliki kemampuan lebih baik dari kita. Dapat bertahan hidup dengan cara dan kualitas yang lebih baik, dapat berkomunikasi dengan baik dan santun. Memiliki literasi mengenai finansial dan kemampuan finansial yang baik dalam mengolah dan membelanjakan hartanya. Sadar penuh dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya dan keturunannya kelak. Paham hukum dengan baik, sehingga tidak menyalahgunakan kekuasaan atau kemampuannya nanti. Dan tetap berada di koridor agama, sesuai batasan dan nilai-nilai baik yang diyakini. Salam!

3 Key Takeaways from C-level

Halo..
Kali ini aku mau berbagi catatan hasil pertemuan semacam seminar dari sebuah komunitas yang aku ikutin nih. Pembicaranya keren-keren, materinya insightful, sangat bermanfaat dan cukup relevan dengan kondisi yang sedang aku alamin belakangan. Acara ini dibuka dengan pidato singkat, dari pembicara super smart dan ga kalah keren, Gita Wirjawan. Siapa sih yang ga kenal Pak Gita ini kan…

Sebelum aku tulis hasil seminar kemarin, pembicara seminar saat itu ada 3 (tiga) orang. Yang pertama adalah pemilik usaha di bidang fashion, yang kemampuan produksinya di angka 10,000 produk per bulan. Kemudian, sosok C level, BOD di sejumlah perusahaan besar tidak hanya skala nasional namun juga internasional, salah satunya label yang menaungi Niki & Rich Brian. Atau biasa disebut dengan istilah Venture Capital. Dan, pembicara yang terakhir merupakan mantan co-Founder dari aplikasi kebanggaan Rakyat Indonesia.

1. Ability to Generate Significant Amount of Money

Kemampuan menghasilkan uang. Dari 3 pembicara tersebut, kesamaan yang aku lihat dari mereka adalah bagaimana cara menghasilkan uang. Terlepas bagaimana proses mereka dari awal memulai hingga ada di posisi saat ini, yang ku garis bawahi adalah mereka tidak lagi berhenti di titik yang sama. Titik sukses atau pencapaian terbaik dari versi mereka yang sebelumnya. Selalu ada standar yang meningkat, sehingga memiliki sejumlah nilai uang tanpa nomor seri sudah bukan dianggap puncak kesuksesan bagi mereka.

Ada yang menghasilkan keuangan dari penjualan barang yang memiliki potensi bagus di masa depan (future value). Ada yang memenuhi kebutuhan pasar, sehingga produk yang dijual akan selalu sesuai dengan permintaan pasar. Dan pembicara terakhir, memenuhi kebutuhan pasar, dengan membuat pasar tersebut. Memang terdengar tidak populer, tapi contoh terdekat seperti produk Apple.

2. When Talent Meet Power

Pentingnya power atau kekuasaan, semakin menguatkan opiniku bahwa orang-orang yang punya kemampuan lebih dan diatas rata-rata, apabila tidak diimbangi dengan kekuasaan, maka masa depannya akan sama seperti orang-orang pada umumnya. Rata-rata saja.

Berbeda ketika orang yang memiliki kemampuan (talent) berada di lingkungan yang tepat dan memiliki kekuasaan. Efeknya akan berganda (multiplier effect). Kehidupannya akan berubah 100% bahkan 1000 persen lebih. Yang tadinya diatur orang lain, dengan adanya kekuasaan, Ia bisa mengatur orang bahkan kehidupan.

Di penjelasan sesi ini, keliatan banget gimana dengan memiliki kekuasaan bisa merubah paradigma masyarakat. Menggerakkan massa dalam jumlah besar bahkan hingga memanipulasi psikologis manusia. Apalagi jika di tambah dukungan dari berbagai pihak. Klop.

Manusia memang perlu untuk lebih bijak dalam bersikap ketika memiliki kekuasaan.

3. Focus. Be Intentional. Be Purposeful

Menjadi seperti para pembicara di seminar tersebut, agaknya kurang relevan buat aku yang ga seberani mereka dalam mengambil resiko. Pembicara pertama, dalam sebulan bisa menghasilkan 100 juta rupiah. Pembicara kedua juga menghasilkan angka yang sama, 100 juta, namun dengan kurs USD (US Dollar). Pembicara terakhir, tidak menjelaskan berapa yang dia hasilkan dalam sebulan, tapi saat seminar dia menyatakan baru saja diangkat menjadi Komisaris Independen di Perusahaan Keluarga yang jadi jokes belakangan ini.

”Kamu kalo belum punya 100 alphard nganggur di parkiran, udah lah ga usah ngaku-ngaku kaya.” Tau lah ya siapa..

Kesamaan para pembicara ini, menyiratkan sesuatu yang aku jadiin motivasi sepulang dari seminar. Untuk menjadi seperti mereka, kita harus tetap fokus. Fokus dengan apa yang kita inginkan, kita dapatkan. Dan ketika menjalaninya, lakukan dengan sungguh-sungguh. Dan selesaikan sesuai dengan tujuan awal kenapa kita mengerjakan hal tersebut. Sehingga, produk, karya atau apapun yang kita hasilkan adalah yang terbaik!

Sebenarnya, masih ada beberapa takeaways yang uda kucatat di draft. Cuman, aku ga tau nih apakah masih perlu dilanjutkan atau enggak. Karena dari 3 Key Takeways aja uda cukup mewakili. Sedangkan, takeaway yang lain lebih condong ke update kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan, bagaiman perkembangan industri Teknologi, Fashion, Networking, Branding, Distribusi, dan masih banyak lainnya.

Kalau dirasa perlu untuk aku lanjutin takeways lainnya, tinggalin kata ‘perlu’ di kolom komentar ya. Dan kalau ternyata banyak peminatnya, aku akan post takeaways lainnya.

Agar Terhindar dari Konflik Rumah Tangga

? Kajian Akhir Pekan

Untuk menghindari konflik dalam rumah tangga, ada beberapa poin.

1⃣ Jangan pernah menuntut pasangan seperti yang kita mau.

Itu sama saja berharap deburan ombak dari tepi ke tengah laut. Lebih baik kita rubah cara kita menyikapi pasangan. Sebab merubah dia seperti yang kita mau, ini kadang menyebabkan konflik.

2⃣ Untuk menuju lebih baik lagi, menghindari konflik ini, sebaiknya setiap kita berperan sesuai dengan peran yang diamanahkan.

Si suami, jadilah suami yang baik sebagai pemimpin. Istri jadilah pendamping yang baik sebagai pendamping. Dan itu kemudian kita ajarkan kepada anak-anak.

Sebab pengalaman-pengalaman yang ada, konflik itu terjadi karena Si-A menuntut Si-B seperti yang dia mau. Sementara dia sendiri tidak memerankan perannya secara baik. Akhirnya, ya; saling balas, saling menyakiti, menindaslah, ini tidaklah baik.

Kalau setiap orang menjalankan perannya, dia akan menjadi produsen kebaikan dan energi itu akan selalu saling memberi dan saling menguatkan satu sama lain.

Kalau saya pribadi punya prinsip begini, saya harus menjadi suami pemimpin masuk surga sekeluarga. Saya harus didik istri saya menjadi pendamping masuk surga sekeluarga. Saya harus didik anak saya menjadi jembatan masuk surga sekeluarga. Atau kalau perlu saya harus inspirasikan mertua agar mereka menjadi kakek dan nenek teladan masuk surga sekeluarga. Baiti jannati, Sehingga suasana itu mulai terbangun dan cara kita memandang pasangan kemudian juga mulai berubah.

? Inspirasi Hadits:

وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ

“Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya.” (HR.Muslim).

KH. Bachtiar Nasir
_____________________
UBN Digital Academy
Admin : 0811 872 2017
Instagram : @ubndigitalacademy
Ikuti juga Channel Telegram kami utk dapatkan materi harian Tadabbur Qur’an Tematik : https://t.me/bachtiarnasir_official

“Tadabbur Hidayah Qur’an: Cerahkan Pikiran, Cahayakan Hati untuk Amal yang Terbaik”

Sebuah Catatan

Sewaktu gadis dulu ketika emosi-mu tidak stabil .. saat kegalauan melanda hati.. saat ada masalah dengan teman satu kosan kamu masih bisa bertindak egois dan mengedepankan perasaanmu.

Kamu bisa pergi dari kosan (kabur ke tempat saudara atau tempat sahabat) untuk mententramkan jiwamu.. Kamu bisa curhat ke teman lain tentang perasaanmu agar menjadi tenang..
Kamu bahkan bisa melakukan apapun yang kamu bisa untuk menenangkan hatimu (tentu saja tanpa mendzolimi seorangpun).

KARENA KAMU MASIH SINGLE

Alias yang kamu pikirkan hanyalah badan dan jiwamu.

Setelah berganti status menjadi istri.. banyak yang akan berubah.!

Ketika kamu ada masalah dengan teman hidupmu..
Kamu harus bisa menahan hawa nafsumu..
Ketika kamu ingin keluar sebentar dari rumah.. ingin menonaktifkan segala macam komunikasi denganya.. ketika egomu berkata biarkan dia khawatir terhadapmu.. lakukan apapun..
Kamu tidak akan bisa Seperti Itu..!
Mungkin kamu bisa (jika kamu benar benar orang egois).. tapi kamu tidak boleh..!

Kamu tidak boleh menceritakan masalahmu dengan mudahnya kepada siapapun..!
Siapapun..!

Karena masalah ini bukan seperti masalah dengan teman kos dulu..

Kamu tidak boleh membuatnya khawatir dengan putus komunikasi dan kabur begitu saja tanpa kabar.. karena status kamu sekarang sudah double.

Yang harus kamu urus dan perhatikan bukan hanya perasaan dan jiwamu saja.. tetapi perasaan pasanganmu…

Kamu tidak hanya memikirkan tentang dirimu.. kamu harus pikirkan tentang dia juga.

Saat itulah terasa berat sebagai istri.

Itulah salah satu ujianya sebagai istri.. disitu saatnya kita sadar bahwa surga itu memang tidak semudah itu didapat..
Gelar ‘istri shalehah’ pun bukan hal yang mudah diraih.

Dulu.. bahkan saat kita tidak perduli kepada diri kita.. it’s okay..
Tetapi sekarang jika kamu tidak peduli.. maka akan ada yang sedih karena mengkhawatirkanmu dan kamu tidak boleh membuatnya khawatir.. apalagi ketika kamu telah memiliki anak-anak…

Saat awal menikah kita merasa senang karena telah menyempurnakan separuh agama dan merasa setengahnya lagi kita akan dapatkan dengan mudah..
Ketika mendengar hadits tentang istri shalehah yang bisa memilih masuk syurga lewat pintu mana saja kita merasa senang karena kita pikir dengan menikah.. syurga telah di depan mata.

[ Hadits nya sebagai berikut..Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذا صلَّتِ المرأةُ خَمْسَها وصامتْ شهرَها وحصَّنتْ فرْجَها وأطاعت بعلَها دخَلتْ مِن أيِّ أبوابِ الجنَّةِ شاءتْ

“Jika seorang wanita telah melaksanakan shalat lima waktu.. melaksanakan puasa pada bulannya.. menjaga kehormatannya dan mentaati suaminya maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.”
(HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya nomor 4163) ]

Tetapi prakteknya sangat tidak mudah.

Memerangi hawa nafsu dan ego sendiri itu sulit.. (terlebih di umur kita yang masih muda dan usia pernikahan yang masih dini).

Ketika ingin kerja dan suami tidak mengizinkan.. kita harus memendam keinginan itu..
Bahkan ketika berkaitan dengan kedua orang tua yang selama ini menjadi orang yang paling penting di hidup kita saat masih single.. kita harus merelakanya untuk mentaati lelaki yang bernamakan suami..

Jika urusan orang tua saja kita harus relakan.. apalagi hanya urusan pribadi … ?

Ketika kita ingin bertemu sahabat lama dan suami tidak mengizinkan.. saat itu status istri shalehah dipertaruhkan..
Akankah kamu lulus atau gagal dan membangkang terhadap suami.

Apapun alasan suami kita harus terima.. ya! meskipun kita dapat berdiskusi denganya.. memberikan pendapat dengan cara halus.. tetap saja keputusan akhir suami yang harus kita taati dan harus kita terima.

Disaat kita suka warna kuning dan ternyata suami tidak suka melihat kita memakai baju kuning dan menyuruh kita menggantinya.. maka kita harus melawan perasaan kita untuk mengedepankan kesenangan suami.

Artinya..
Kita harus menukar apapun yang kita miliki sebelumnya untuk membuat suami ridha dan senang selama itu tidak melanggar aturan Allah..
Karena saat menikah kita sudah berkomitmen untuk taat kepada dia karena Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَانْظُرِيْ أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّماَ هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ

“Camkan selalu akan posisimu terhadapnya.. sesungguhnya suamimu adalah syurga dan nerakamu”
[Dishahihkan oleh Syeikh albaniy dalam Silsilah Shahihah: 6/220]

Ketika kita ada masalah dengan suami dan tangan ini terasa gatal untuk menulis status di media sosial.. hanya demi memuaskan keinginan kita dan merasa terhibur dengan komentar teman teman. ya! sebatas menghibur bukan menyelesaikan masalah kita..
Karena solusi itu kembali kepada kita.. apa yang akan kita lakukan untuk menyelesaikanya..?

Saat itu tegakah kamu menjadikan suamimu.. orang nomor satu di hidupmu menjadi bahan lelucon orang orang..?

Relakah jika syurgamu (suami) menjadi perbincangan orang… ?

Saat suami menjadi orang nomor satu dihidup kita dan kenyataannya kita bukanlah orang nomor satu di hidup dia.. karena ibunya..ayahnya.. saudarinya telah menempati hatinya.. saat itu kita merasa tidak terima karena kita menuntut agar menjadi orang terpenting di hatinya..
Saat itu kita harus melawan ego kita (lagi), karena Allah telah mewajibkan kita taat suami dan Ia mewajibkan suami taat kepada orang tuanya.

Sudah tidak asing lagi bagi kita sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
لو كنتُ آمرًا أحدًا أن يسجُدَ لأحدٍ لأمرتُ المرأةَ أن تسجُدَ لزوجَها لما جعل اللهُ له علَيها من الحقِّ

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain.. maka aku akan perintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya.. disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi suami atas mereka (para istri).”
(HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, “hadis hasan shahih.” Dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Bani)

Sudah sangat jelas bahwa kedudukan suami itu sangat istimewa.

Kadang tanpa terasa kita termakan doktrin..bahwa wanita ketika menikah tidak merubah apapun dalam hidupnya.. hanya bertambah teman hidup.. tetapi dia bebas untuk melakukan apapun sesukanya dan suami tidak punya hak untuk melarang.. menahan dll. berdalihkan hak asasi dan kebebasan..

Seorang istri yang taat suami seakan terkekang dalam penjara yang dinamakan ‘RUMAH’..ibu rumah tangga seakan wanita yang sengsara yang mimpinya terabaikan dan keinginanya menjadi tak penting lagi.

Itu semua tidak benar…!! suami disamping menjadi Raja.. ia adalah teman kita.. tempat kita berbagi rasa.. curhat diskusi tentang mimpi.. hobi dan masih banyak lagi. .

Memang benar lelaki tidak akan setara dengan wanita dalam hal ini karena ia memang tercipta sebagai pemimpin dalam rumah tangga.

Telah jelas di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman :

وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ

“Para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya….”
(Al-Baqarah: 228)

Jadi..mungkinkah syurga bisa kita raih tanpa pengorbanan ?

Mungkinkah gelar istri sholehah bisa di dapatkan tanpa adanya perjuangan ?

Dengan memakai kerudung dan banyak ibadah tidak cukup untuk meraih gelar tersebut.. dengan sering belajar agama tidak menjamin telah menjadi istri yang baik.. juga shalehah.

Itu semua (menutup aurat..beribadah belajar agama) memang kewajiban seorang muslimah dan menjadi sarana untuk mendapatkan gelar mulia itu.

Tetapi ketika kita telah meruntuhkan benteng egoisme dalam jiwa wanita Kita dan bersedia untuk menjaga dan menghormati pasangan..
Bersedia mentaatinya dan patuh akan semua yang dia perintahkan dan berusaha menjauhi apa yang dia tidak suka,

Maka semoga usaha yang tidak mudah itu pada akhirnya menghantarkan semua kepada syurga Allah,

hanya Ia yang dapat menentukan apakah telah lulus menjadi ‘istri shalehah’ ?

Yang bisa dilakukan hanyalah berusaha dan berusaha sampai tidak ada kesempatan lagi untuk berusaha.

Selamat buat para istri yang telah mendedikasikan hidupnya untuk seorang muslim.. melayaninya dengan penuh kesabaran.. menerima kekuranganya dengan tanpa mengeluh. menemaninya dalam kehidupan yang setiap harinya fitnah (godaan) semakin menyebar.

Selamat buat para istri yang telah bersusah payah mengubur keegoisan dan menjunjung tinggi suaminya..membelanya.. menutupi aibnya dan juga menjaganya dengan do’a.

Semoga yang kalian lakukan akan berbuah kebaikan yang banyak pada rumah tangga kalian.. Allah akan ganti setiap usaha kalian dengan kesehatan untuk setiap anggota keluarga.. keberkahan.. kelancaran urusan dan kedekatan kalian dan pasangan kepada Allah ta’ala..
Tak lupa pahala yang tanpa batas dan surga yang sangat luas.

Aamin Yaa Rabbal ‘alamin.

Catatan :

– Sebelum menikah posisi orang tua adalah diatas segalanya (setelah Allah)..
Tetapi kita tidak hidup bersama orang tua seperti kita hidup bersama suami.. maka dari itu pada tulisan diatas bercerita seakan ketika menjadi anak dapat berlaku egois dan tidak memperdulikan kekhawatiran orangtua. (semoga tidak disalahpahami) ?

– Tulisan diatas hanya berbicara tentang istri dan fokus kepada kewajibanya. tanpa menafikan kewajiban dan tugas suami terhadap istri..

Tanggung jawab suami juga besar.. oleh karena itu banyak yang harus seorang suami perhatikan dalam memimpin bahtera rumah tangganya.

– Tulisan diatas hanya menggambarkan sisi beratnya menjadi istri.. agar para wanita dapat mempersiapkan segala sisi jika ingin melangkah kepada pernikahan,. tanpa menafikan sisi positif dan kelebihan juga kebahagiaan yang akan didapat setelah menikah.

(Ustadz Fariq Gasim Anuz hafizhahullah)

Pelajarilah Dahulu Adab dan Akhlaq

Bismillaahirrahmaanirrahiim

?Pelajarilah Adab Sebelum Mempelajari Ilmu

Ketahuilah bahwa ulama salaf sangat perhatian sekali pada masalah adab dan akhlak. Mereka pun mengarahkan murid-muridnya mempelajari adab sebelum menggeluti suatu bidang ilmu dan menemukan berbagai macam khilaf ulama. Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Kenapa sampai para ulama mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,

بالأدب تفهم العلم

“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”

Guru penulis, Syaikh Sholeh Al ‘Ushoimi berkata, “Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.”

Oleh karenanya, para ulama sangat perhatian sekali mempelajarinya.

?Ibnul Mubarok berkata,

تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين

“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

?Ibnu Sirin berkata,

كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم

“Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu.”

?Makhlad bin Al Husain berkata pada Ibnul Mubarok,

نحن إلى كثير من الأدب أحوج منا إلى كثير من حديث

“Kami lebih butuh dalam mempelajari adab daripada banyak menguasai hadits.” Ini yang terjadi di zaman beliau, tentu di zaman kita ini adab dan akhlak seharusnya lebih serius dipelajari.

Dalam Siyar A’lamin Nubala’ karya Adz Dzahabi disebutkan bahwa ‘Abdullah bin Wahab berkata,

ما نقلنا من أدب مالك أكثر مما تعلمنا من علمه

“Yang kami nukil dari (Imam) Malik lebih banyak dalam hal adab dibanding ilmunya.” –

?Imam Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku berkata,

تعلم من أدبه قبل علمه

“Pelajarilah adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”

?Imam Abu Hanifah lebih senang mempelajari kisah-kisah para ulama dibanding menguasai bab fiqih. Karena dari situ beliau banyak mempelajari adab, itulah yang kurang dari kita saat ini. Imam Abu Hanifah berkata,

الْحِكَايَاتُ عَنْ الْعُلَمَاءِ وَمُجَالَسَتِهِمْ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ كَثِيرٍ مِنْ الْفِقْهِ لِأَنَّهَا آدَابُ الْقَوْمِ وَأَخْلَاقُهُمْ

“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka.”
?(Al Madkhol, 1: 164)

Di antara yang mesti kita perhatikan adalah dalam hal pembicaraan, yaitu menjaga lisan. Luruskanlah lisan kita untuk berkata yang baik, santun dan bermanfaat. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,

من عدَّ كلامه من عمله ، قلَّ كلامُه إلا فيما يعنيه

“Siapa yang menghitung-hitung perkataannya dibanding amalnya, tentu ia akan sedikit bicara kecuali dalam hal yang bermanfaat” Kata Ibnu Rajab, “Benarlah kata beliau. Kebanyakan manusia tidak menghitung perkataannya dari amalannya”
? (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 291).

Yang kita saksikan di tengah-tengah kita, “Talk more, do less (banyak bicara, sedikit amalan)”.

?Berbeda Pendapat Bukan Berarti Mesti Bermusuhan

Sungguh mengagumkan apa yang dikatakan oleh ulama besar semacam Imam Syafi’i kepada Yunus Ash Shadafiy -nama kunyahnya Abu Musa-. Imam Syafi’i berkata,

يَا أَبَا مُوْسَى، أَلاَ يَسْتَقِيْمُ أَنْ نَكُوْنَ إِخْوَانًا وَإِنْ لَمْ نَتَّفِقْ فِيْ مَسْأَلَةٍ

“Wahai Abu Musa, bukankah kita tetap bersaudara (bersahabat) meskipun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah?”
? (Siyar A’lamin Nubala’, 10: 16).

?Berdoalah Agar Memiliki Adab dan Akhlak yang Mulia

Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh dari pamannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca do’a,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ

“Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’ [artinya: Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar].”
?(HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)

Doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lainnya,

اللَّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ

“Allahummahdinii li ahsanil akhlaaqi laa yahdi li-ahsanihaa illa anta, washrif ‘anni sayyi-ahaa, laa yashrif ‘anni sayyi-ahaa illa anta [artinya: Ya Allah, tunjukilah padaku akhlak yang baik, tidak ada yang dapat menunjukinya kecuali Engkau. Dan palingkanlah kejelekan akhlak dariku, tidak ada yang memalinggkannya kecuali Engkau].”
?(HR. Muslim no. 771, dari ‘Ali bin Abi Tholib)

أسأل الله أن يزرقنا الأدب وحسن الخلق

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar mengaruniakan pada kami adab dan akhlak yang mulia.

Aamiin

?muslim.or.id